Ketika dulu, aku belum menemukan titik temu di kota perantauan yang aku singgahi kini.
Mungkin terdengar klise, dan mungkin untuk hampir seluruh manusia yang pernah atau sedang menduduki bangku perkuliahan pernah merasa "salah jurusan" atau itu yang sejenisnya.
Ya, aku dulu, merasakan itu, sangat merasakan itu.
Aku yang merasa kenapa aku harus mengambil jurusan ini? Kenapa aku harus mengambil Perguruan Tinggi di sini? kenapa aku harus meng-klik tombol itu? dan sebagainya yang sebenarnya percuma untuk di sesali.
Tapi ... entah kenapa, akhir akhir ini, tepatnya saat semua lembaran kehidupanku yang lalu kututup dan aku benar-benar membuka lembaran baru, untuk semester baru, dan untuk tahun yang baru pula.
Ada sebuah bisikan dan entahlah apa itu, panggilan dari-Nya kah? atau apapun itu. Aku benci jika di bilang untuk beberapa semester yang telah kulalui dulu SIA-SIA. Tapi seakan aku teringat dosa lalu, yang aku tak pernah ada secuil niatan kuliah dengan giat.
Jujur, mungkin jika orang tuaku membaca ini, mungkin beliau akan sangat bersedih, dan jika mungkin kalian mengenal satu saja teman kelasku, atau bahkan kalian teman kelasku, mungkin kalian akan sangat setuju dengan ucapanku sesaat lagi.
Beberapa semester lalu, yang kulakukan hanyalah, datang, duduk, dan diam. Ketiga kegiatan yang kulakukan itu murni hanya itu formalitas belaka. Percaya atau tidak, aku dulu se-SIA-SIA itu.
Datang kuliah, duduk belakang, buka hp, pasang earphone, putar musik dan melamun, hanya itu yang kulakukan beberapa semester lalu.
Dan dengan kebesaran-Nya. Aku benar-benar sadar sekarang, bahwa semua keSIA-SIAanku dulu, akan aku pertanggungjawabkan kelak, bukan?
Apa yang harus aku lakukan untuk menebus dosa lalu? selain dengan mencoba lebih baik walaupun hanya secuil, bahkan tidak tau sekecil apa aku mencobanya. Apa masih bisa ternilai?
Dulu, aku mencari puluhan atau bahkan ribuan pelarian, setidaknya ada satu kegiatan yang bisa aku banggakan ... kelak.
Ketika aku ditanya. Alasan kenapa aku ikut organisasi ini dan itu, pergerakan ini dan itu, komunitas ini dan itu, dan sebagainya.
Aku akan menjawab jujur kali ini. Aku hanya ingin mencari pelarian.
Hanya itu.
Sebut saja aku munafik, memang benar, aku adalah manusia munafik, sangat munafik. Tapi aku akan tetap melakukan itu jika aku dipertemukan dengan pilihan yang membuatku juga bingung.
Sebut saja aku bodoh. jelas saja, aku jelas bodoh. Kalau aku pintar, aku sudah menjadi orang besar sekarang.
Anggap saja aku penipu. Ya apapun itu, terserah apapun yang kamu ucapkan.
Tapi, maaf saja. Semua yang kulakukan dulu, aku sudah meninggalkannya perlahan.
Karena sekarang, aku telah menemukannya.
Menemukan apa?
Yang jelas tujuanku kenapa aku tetap bertahan sampai sekarang.
Kalian mau tau tidak apa itu?
Hahaha, mungkin kalian akan bilang, untuk apa aku tau?
Tapi atau bahkan ada yang ingin tau?
tenang saja, mau tidak maupun, aku akan tetap memberitahukannya, hehehe.
Tujuanku adalah membanggakan orang tuaku dengan caraku sendiri.
Sesimpel itu bukan? Mungkin itu juga cuma alasan klise, karena mungkin hampir seluruh manusia di dunia, juga ingin menjadi kebanggaan orang tuanya, bukan?
Dan aku adalah salah satunya.
Aku masih ingat saat lalu, saat aku masih di sekolah dasar. dendam terhadap permintaan orang tuaku.
"Kamu kapan bisa dapat peringkat 10 besar seperti sepupumu itu si *****,"
Kalau saja aku dulu belum diajari sopan santun, mungkin aku sudah balas marah.
Satu kalimat yang selalu aku ingat sampai sekarang dan selalu membuat aku sakit hati, bahkan saat ini, saat aku mengingatnya.
Aku memang tidak sepintar sepupuku, aku bahkan bisa digolongkan manusia pas-pasan. Tapi, manusia mana yang mau dibandingkan, apalagi dengan orang yang paling dekat denganmu?
Tapi, jangan benci orang tuaku. Aku tau, maksudnya baik, sangat baik. Mungkin hanya caranya yang salah.
Ah ini menyeleweng dari judulnya.
Tapi, sudah terlanjur jauh.
Beberapa kali aku dapat pesan dari beberapa adik kelasku, bahkan teman online-ku.
yang pasti kebanyakan bercerita tentang tuntutan orang tua dan juga pilihan untuk kuliah.
Aku hanya bisa berbicara. "Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, karena yang tau jalan hidupmu hanya kamu. Orang tua sebagai fasilitator dan tujuan untuk kamu melakukan semuanya. Ambil tuntutan yang menurut kamu baik, dan tunjukkan dengan aksi untuk tuntutan yang menurut kamu buruk." dan "Pilih sesuai dengan yang kamu kuasai dan kamu inginkan. Menantang diri sendiri dengan hal baru memang bagus, tapi percayalah, ketika kamu bisa mendalami zona nyamanmu, disitulah kamu mendapat tantangan tersendiri. Tapi semuanya kembali ke kamu."
Aku bukan mau menjadi sok bijak dan pandai menasihati. Tapi aku hanya sedikit ... apa ya, intinya aku hanya tidak mau 'dia' yang mempercayaiku untuk mendengarkan keluh kesahnya, mengalami hal yang aku alami saat ini.
Dan kembali ke semester sekarang ini.
Aku sudah sedikit berusaha dan berlatih untuk menjadi profesi yang kini aku jadikan tujuan, dan pasti hal yang sedari dulu orang tuaku inginkan dariku.
Kalau tujuan awalku ingin menjadi penulis profesional seperti panutanku, Bang Darwis 'Tere Liye'. Kini aku sedikit menurunkan tujuan itu, demi harapan orang tuaku, yang mungkin saja bisa aku capai dengan jurusan yang aku jalani sekarang.
Aku sedikit menyesal, aku dulu terlalu menomorsatukan kegiatan di luar kuliahku daripada kuliahku, ahh bukan menyesal. Hanya sedikit merasa bersalah dengan orang tuaku., lagi, lagi orang tuaku yang kujadikan alasan untuk mencapai titik ini. Titik terberaniku menulis ini semua.
Kini, aku telah berjanji kepada keluargaku, orang tuaku, dan kakakku, bahwa aku akan giat kuliah demi keluargaku, demi semua impian tentang orang tuaku di masa tuanya dan tentang keluargaku.
Kesimpulannya, ya ... aku menyesal.


